Sabtu, 24 September 2016

EUFORIA KEMERDEKAAN TIMOR LESTE SEBAGAI AWAL PENDERITAAN RAKYAT !!!


Timor Leste adalah sebuah negara kecil di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau Timor, wilayah ini dulu dikenal dengan nama Timor Timur dan merupakan Provinsi ke-27 NKRI, setelah lepas dari Portugis daerah ini bergabung dengan Indonesia pada tahun 1975. Bermula dari perang saudara sampai bergabung dengan Indonesia dimana dari 5 partai yang ada (Fretelin, UDT Adeti, , KOTA,dan Trabalista), 4 partai  menyatakan bergabung dengan Indonesia sementara 1 Partai (Fretelin) menolak dan memproklamasikan kemerdekaan Timor Leste menjadi sebuah negara sekalipun di tentang mayoritas masyarakat saat itu, partai Fretelin inilah yang kemudian muncul sebagai gerakan separatis dan tetap menghendaki pemisahan untuk berdiri sebagai sebuah negara.  Dengan berjalannya waktu dan adanya campur tangan Australia dengan bantuan dan usaha lewat Referendum pada tahun 1999, sehingga pada tanggal 20 Mei 2002 Timor Timur resmi lepas dari NKRI dan berdiri menjadi sebuah negara dan berganti nama Timor Leste.

Setelah menjadi negara berdaulat, Timor Leste justeru menjadi tidak stabil, untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan masyarakat dilakukan secara terbatas, dari tahun ke tahun jumlah tenaga kerja semakin meningkat sementara lapangan pekerjaan yang mampu menyerap sangat minim, anak-anak tidak memperoleh pendidikan yang berkualitas di akibatkan tingginya angka kemisknan masyarakat menyebabkan semakin banyaknya pengangguran dan rendahnya SDM generasi muda sebagai penerus bangsa,  kesulitan dalam biaya dan sarana serta akses pelayanan publik seperti kesehatan, jaminan sosial dan lain-lain serta menguatnya arus urbanisasi dari daerah ke kota menyebabkan perekonomian negara Timor Leste semakin memburuk dan oleh bank dunia, Timor Leste dikelompokan kedalam negara yang perekonomian menengah kebawah dengan menyandang predikat negara termiskin di Asia dan salah satu negara termiskin di dunia seperti negara Kepulauan Solomon.

Rumah sakit peninggalan Pemerintah Indonesia di Bidau tidak bisa melakukan pelayanan secara optimal hal ini di karenakan minimnya tenaga dokter dan tidak jarang masyarakat berobat ke Kupang (NTT) itupun hanya bagi keluarga mampu mengingat besarnya biaya yang mesti dikeluarkan.  Banyak warga Timor Leste yang ingin keluar menuju Atambua, tetapi terbatas oleh penjagaan yang kian ketat di daerah perbatasan, demikian juga pengusaha dari Atambua ke Dili kian jarang karena mereka takut tidak terjamin keamanannya.

Kemerdekaan Timor Leste hanya dinikmati kelompok tertentu saja, sementara kehidupan mayoritas masyarakat yang tersebar di berbagai pelosok desa kian menderita, ketidakstabilan keamanan terjadi dimana-mana sehingga masyarakat merasakan hidup tidak aman di negaranya sendiri, karena pertikaian antara kelompok khususnya masyarakat Timor Leste bagian Timur dengan masyarakat Timor Leste bagian Barat.   Kondisi kehidupan yang kian sulit itu menyebabkan sebagian besar masyarakat Timor Leste sering mengungkapkan rasa penyesalan berpisah dengan NKRI, karena di masa integrasi masyarakat Timor Leste memiliki kehidupan yang lebih baik, padahal tujuan mereka merdeka sebelumnya agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik dibanding sebelumnya.

Kondisi masyarakat Timor Leste setelah merdeka dibandingkan saat menjadi bagian integral NKRI, sangatlah lebih memprihatinkan, belum ada perubahan pembangunan yang dilakukan pemerintahan terkait bangunan-bangunan yang terbakar di masa jajak pendapat tahun 1999, janji kemakmuran dan kesejahteraan seluruh masyarakat serta kemajuan pembangunan yang pesat sebagai sebuah negara yang berdiri sendiri oleh para elite politik belum bisa di wujudkan dan hanya sebuah angan, bangunan peninggalan orang-orang Indonesia setelah jejak pendapat hingga kini masih tampak jelas, tidak ada upaya rehabilitasi, bahkan situasi semakin kacau saat terjadi konflik hingga lengsernya Perdana Menteri Mari Al-Katiri beberapa tahun lalu, banyak bangunan yang dibakar sehingga suasana kota Dili kian mencekam mengakibatkan banyak pengusaha yang datang dari negara lain khususnya Indonesia terpaksa meninggalkan kota-kota di Timor Leste, karena sudah tidak tahan, selain mengalami kerugian besar karena tempat usahanya banyak yang dijarah pada saat kerusuhan, merekapun tidak tahan menghadapi ganasnya pertikaian antar kelompok.

Selain kemiskinan, perang juga menjadi persoalan tersendiri bagi Timor Leste. Setelah lepas dari Indonesia, Timor Leste tak pernah sepi dari gejolak, konflik perang saudara lebih sadis dibanding saat jajak pendapat tahun 1999, membunuh sesama warga Timor Leste yang berbeda kelompok kerap terjadi, bahkan wanita hamilpun tidak segan-segan dibunuh.
Setelah 17 tahun merdeka, rakyat Timor Leste menyadari bahwa bantuan dan usaha sang tetangga seperti Australia bukan untuk menyejahterakan mereka, melainkan strategi untuk menguasai sumber daya alam Timor Leste, dimana Pada saat masyarakat yang mendukung lepasnya Timor Leste dari NKRI larut dalam keadaan euforia merayakan kemerdekaan dan menganggap Australia sebagai dewa penolong dalam mewujudkan mimpi kemerdekaan pada tanggal 20 Mei 2002, tanpa di sadari Australia punya motif terselubung dibalik usahanya membantu selama ini, tepat di hari kemerdekaan Timor Leste, Australia telah menancapkan cengkeraman di celah Timor laut dalam, antara Pulau Timor dan Australia yang kaya cadangan minyak melimpah di Celah Timor.    Sudah menjadi rahasia umum lepasnya Timor Leste (Timor Timur) dari wilayah NKRI karena adanya campur tangan Australia.   Hal ini pernah diakui oleh mantan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao Pada sebuah kesempatan, yang mengatakan bahwa Australia ada di balik lepasnya Timor Timur dari Indonesia.

Masyarakat Timor Leste baru menyadari bahwa selama ini hanya jadi sapi perahan Australia dan beberapa bulan lalu menimbulkan gejolak di Timor Leste, dulu Australia dianggap bidan yang telah berjasa membantu kelahiran Timor Leste tetapi saat ini dipandang tak lebih sebagai penjajah yang menyengsarakan rakyat dan puncaknya Rakyat Timor Leste menggelar unjuk rasa besar-besaran pada beberapa bulan lalu. Demonstrasi yang diikuti berbagai kalangan tersebut merupakan aksi rakyat terbesar sejak Timor Leste melepaskan diri dari Indonesia pada 1999. Lebih dari 10.000 orang mengepung Kedutaan Besar Australia di Dili untuk  memprotes penolakan Australia bernegosiasi dengan Timor Timur mengenai perbatasan Laut Timor yang kaya minyak dan gas. Belum juga selesai masalah perekonomian negara yang tidak kunjung membaik, kini Timur Leste menghadapi sebuah permasalahan baru yaitu penjajahan laut yang dilakukan oleh Australia.



Sengketa dengan Australia di Celah Timor memunculkan kenangan manis masyarakat Timor Leste saat bulan madu dengan Indonesia, banyak rakyat Timor Leste yang merasa gelontoran rupiah di era Timor Timur sebagai wilayah NKRI lebih banyak dinikmati, ketimbang dolar dari Celah Timor yang hingga kini hanya sebatas angan.  Kejadian Timor Leste adalah pengalaman yang sangat berharga khususnya bagi masyarakat Papua, Organisasi Papua Merdeka baik Politik maupun Bersenjata adalah biang terhambatnya segala pembangunan di Papua dengan segala upaya propaganda dan intimidasi bahkan terror di masyarakat tanpa adanya upaya membangun Papua begitu juga dengan dukungan negara-negara miskin seperti Kepulauan Solomon, Vanute dan lain-lain tidak menutup kemungkinan hal ini dilakukan demi sebuah harapan keuntungan bagi negara tersebut kelak bila Papua lepas dari Indonesia karena mereka akan menuntut dan merujuk pada kesamaan ras melanesia yang lebih mementingkan kepemilikan bersama dengan memakai sistem ideologi sosialisme untuk saling mendukung roda perekonomian negara-negara yang pernah mendukung OPM, namun ambisi untuk melepaskan Papua dari Indonesia adalah sia-sia karena Papua sudah merdeka dan hidup di negara sendiri yaitu Indonesia dan Integral Papua kedalam NKRI adalah sah karena sudah diakui PBB dan dunia Internasional. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar