Selasa, 30 Agustus 2016

FAKTA SEJARAH PAPUA

Pahlawan Nasional Asal Papua


Kurang lebih 54 tahun silam, Papua Barat secara resmi kembali kepangkuan NKRI setelah lama berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Sayangnya masih ada segelintir orang Papua yang mempermasalahkan integrasi Papua ke dalam NKRI. Adanya tuntutan pemisahan oleh gerakan sparatis dengan berbagai tipu daya, provokasi-provokasi, intimidasi, memutar balikkan fakta, isu pelanggaran HAM, Geosida dan lain-lain yang dilakukan oleh para pendukung KNPB pada dasarnya tidak mewakili keinginan seluruh masyarakat Papua melainkan untuk keuntungan kelompok kecil bahkan pribadi dari elite Politiknya. Integrasi Papua ke wilayah Indonesia adalah sah karena telah disetujui oleh rakyat Papua sendiri dan juga oleh PBB.

Berbagai isu terus di gembor-gemborkan oleh para pendukung KNPB, salah satunya bahwa tidak ada Pahlawan Nasional Indonesia yang ikut dalam memperjuangkan Kemerdekaan NKRI, ini adalah pembohongan publik dan menciderai perasaan para keluarga pejuang Asal Papua karena faktanya sudah banyak para pahlawan asal Papua yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan Negeri ini baik yang tercatat ataupun tidak tercatat yang pasti mereka telah berkorban harta benda bahkan nyawa.

Papua dalam Kongres Pemuda
Kongres Pemuda II diadakan di Batavia (sekarang Jakarta) pada tanggal 28 Oktober 1928. Kongres Pemuda I diadakan pada tahun 1926. Kongres Pemuda adalah kongres yang diadakan para pemuda dan dihadiri oleh para pemuda dari berbagai penjuru Hindia Belanda. Kongres tersebut bertujuan agar seluruh pemuda Indonesia bersatu padu mewujudkan Indonesia merdeka sehingga dihasilkanlah Sumpah Pemuda. Dalam Kongres Pemuda II inilah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya diperkenalkan oleh Wage Rudolph Soepratman yang kelak menjadi lagu kebangsaan Indonesia.


Ada banyak orang Indonesia, terutama mereka yang berasal dari masyarakat asli Papua sendiri, yang tidak mengetahui bahwa ada beberapa pemuda Papua ikut hadir dan menjadi saksi peristiwa bersejarah tersebut. Kurangnya penelusuran sejarah mengakibatkan banyak orang Indonesia khususnnya masyarakat Papua sendiri tidak dapat mengetahui secara rinci siapa saja yang hadir dalam kongres yang melahirkan Sumpah Pemuda tersebut. Maka dari itu, hal ini dapat dipakai oleh KNPB untuk menyebarkan kebohongan bahwa tidak ada wakil dari Papua dalam peristiwa Sumpah Pemuda.

Ramses Ohee

Ramses Ohee, ketua adat Tobati-Enggros sekaligus ketua Barisan Merah Putih, pernah mengakui bahwa orang tuanya, Poreu Ohee dan Orpa Pallo, pernah turut menjadi wakil Papua dalam Kongres Pemuda tahun 1928 walau mereka tergabung dalam organisasi Jong Ambon. Berarti dapat disimpulkan bahwa dahulu orang-orang Papua pernah sepakat untuk berikrar bertumpah darah satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan yakni bahasa Indonesia. Masyarakat Papua telah lama menggunakan bahasa Melayu yang kelak menjadi bahasa Indonesia bukan sejak resmi bergabung dengan Indonesia.

Pahlawan Indonesia dari Papua
Bagi sebagian besar warga negara Indonesia tentu tidak asing dengan nama-nama Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Jenderal Soedirman, dll. Tetapi di satu sisi, masih ada banyak dari antara kita yang tidak mengetahui para pahlawan Indonesia dari Papua. Tidak banyak yang tahu kisah-kisah kepahlawanan para pejuang kemerdekaan dari Papua.

 Marthen Indey

Salah satunya adalah Marthen Indey. Marthen Indey adalah mantan anggota polisi Belanda. Putra Papua kelahiran 14 Maret 1912 di Doromena, Hollandia (sekarang Jayapura), ini pernah ditugaskan untuk mengawasi para pejuang kemerdekaan Indonesia yang dibuang ke Digul. Dari sanalah muncul rasa nasionalisme Marthen Indey. Bersama 30 orang teman, ia merencanakan penangkapan aparat keamanan Belanda. Sayangnya rencana ini tercium oleh pemerintah kolonial Belanda. Akibatnya ia pun dipindah tugaskan ke daerah terpencil di hulu Sungai Digul. Ketika tentara Jepang berhasil menduduki Hindia Belanda saat Perang Dunia II, Marthen Indey ikut pergi bersama pemerintahan pengasingan Hindia Belanda menuju Australia. Pada tahun 1944, ia kembali ke tanah air bersamaan dengan datangnya pasukan Sekutu. Bulan Oktober 1946, Marthen Indey menghubungi para tokoh Maluku yang pro kemerdekaan. Karena sering berkomunikasi dengan kelompok pro RI di Ambon, ia ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah kolonial Belanda. Semangatnya tak pernah padam. Bulan Januari 1962 ketika Operasi TRIKORA dilancarkan, Marthen Indey menyusun kekuatan gerilya serta membantu penyelamatan anggota-anggota TNI yang dulu masih bernama ABRI yang diterjunkan untuk membebaskan Papua Barat. Ia diangkat sebagai anggota MPRS terhitung dari tahun 1963 hingga 1968 setelah Papua Barat resmi bergabung ke dalam wilayah Indonesia. Marthen Indey meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1986 di usia 74 tahun.

Silas Ayari Donrai Papare

Silas Ayari Donrai Papare, seorang mantan pegawai pemerintah kolonial Belanda asal Serui, Kepulauan Yapen, ikut memerjuangkan kemerdekaan Papua dengan gigih hingga ia dipenjara di Hollandia karena memengaruhi Batalyon Papua untuk memberontak. Di dalam penjara, pria kelahiran 18 Desember 1918 ini bertemu Dr. Sam Ratulangi dan dari sana ia berkeyakinan bahwa Papua adalah bagian dari bangsa Indonesia. Setelah dibebaskan dari penjara di Hollandia, ia bersama seorang putra Papua berdarah Tionghoa, Yakop Thung Tjing Ek, membentuk PKII (Partai Kemerdekaan Indonesia Irian) pada tahun 1946. Ketika dikejar oleh aparat keamanan Belanda, ia bersama keluarganya meninggalkan Serui, kota kelahirannya, menuju Yogyakarta. Di Yogyakarta, Silas Papare tetap aktif memerjuangkan pembebasan Papua dengan mendirikan Badan Perjuangan Irian. Ia akhirnya diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi anggota MPRS. Di depan sidang MPRS bulan Maret 1967, Silas Papare berpidato : "Kami orang-orang Papua hanya menghendaki kehidupan yang lebih baik." Hal ini menunjukkan keyakinan kuat Silas Papare bahwa Papua adalah bagian sah dari Republik Indonesia. Silas Papare menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 7 Maret 1978. Kutipannya yang terkenal adalah "Jangan sanjung aku tetapi teruskanlah perjuanganku.
  

Kedua pahlawan Indonesia di atas bersama dengan Frans Kaisiepo dan Johannes Abraham Dimara yang juga merupakan putra asli Papua memeroleh penghargaan gelar Pahlawan Nasional. Marthen Indey, Silas Papare, dan Frans Kaisiepo ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 14 September 1993 oleh Presiden Soeharto sedangkan J. A. Dimara baru ditetapkan pada tanggal 11 November 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tidak hanya mereka berempat, masih ada banyak pejuang asal Papua yang memerjuangkan penyatuan Papua ke dalam NKRI seperti Lukas Rumkorem, Stevanus Rumbewas, Petrus Wattebossy, serta Petero Jandi yang dihukum mati oleh pemerintah kolonial Belanda, dan masih banyak yang lainnya yang gugur tanpa pusara.